Suku Sentinel Yang Terisolasi Di Pulau Sentinel Utara (INDIA)
Assalamualaikum Wr. Wb.
Selamat sore para blogger semua. Semoga anda selalu
dipanjangkan umur dan dimudahkan rejekinya. Amin
Kematian seorang turis Amerika yang secara ilegal saat mengunjungi Pulau Sentinel Utara yang terisolasi telah menarik perhatian dunia pada populasi penduduk pulau kecil yang tertutup itu.
Mereka adalah salah satu
dari sedikit kelompok "tidak terkendali" yang tersisa di dunia. Sentinel
Utara adalah sebuah pulau kecil, di luar rute pengiriman utama, dikelilingi
oleh karang dangkal tanpa pelabuhan. Sebagian undang-undang di daerah tersebut
dibawah aturan pemerintah India, meskipun pada kenyataannya mereka tidak mengetahui
undang-undang dan aturan lainnya. Mereka hidup dengan aturan mereka sendiri. Karena
merupakan pulau yang terisolasi dan mereka hidup dengan aturan mereka sindiri,
hampir sebagian besar orang yang berani mengunjungi pulau ini seringkali
berakhir buruk bagi kedua belah pihak, khususnya pengunjung.
Siapa itu Suku Sentinel ?
Menurut data sensus pada tahun 2011, dan berdasarkan
perkiraan antropologi tentang berapa banyak orang yang ada dipulau itu, mungkin
ada sekitar 80 hingga 150 orang di Pulau Sentinel Utara, meskipun bisa juga mencapai
500 atau sedikitnya 15 orang. Orang-orang Sentinel berhubungan dengan
kelompok-kelompok pribumi lainnya di Kepulauan Andaman, rangkaian pulau di Teluk
Benggala India, tetapi mereka telah terisolasi cukup lama sehingga
kelompok-kelompok Andaman lainnya, seperti Onge dan Jarawa, tidak dapat
memahami bahasa suku sentinel.
Berdasarkan fakta pada satu kunjungan ke sebuah desa Sentinel pada tahun 1967, Bahwa pada dasarnya mereka tinggal di gubuk-gubuk dengan atap miring. Sekelompok gubuk yang dibangun berhadapan satu sama lain, dengan api yang ada namun dijaga dengan sangat hati-hati. Mereka juga membangun sampan kecil dan sempit atau lebih dikenal denganistilah jongkong (batang pohon yang di tebuk menjadi ruang untuk orang menaikinya), mereka melakukan manuver dengan menggunakan kayu panjang di perairan yang relatif dangkal dan tenang untuk mencari ikan. Mereka pemburu dan sekaligus pengumpul, dan mereka juga hidup dari buah-buahan dan umbi-umbian yang tumbuh liar di pulau itu, telur dari burung camar atau kura-kura, dan memiliki permainan kecil seperti babi atau burung liar. Mereka selalu membawa busur dan panah, serta tombak dan pisau, dan bagi para pengunjung yang berani mendatangi kepulauan ini harus berpikir berkali-kali, karena tidak hanya berbahaya bagi si pengunjung, namun juga akan berhadapan dengan aturan dari pemerintah india sendiri.
Banyak alat dan senjata
yang mereka gunakan tersebut memiliki sisi ujung atau sebagai pisaunya dari
besi, kemungkinan merupakan barang-barang yang hanyut dan ditemukan oleh suku Sentinel
saat terdampar di pantai mereka.
Kelompok kru penyelamat yang berlabuh di dekat pulau
itu pada pertengahan 1990-an menggambarkan api unggun di pantai pada malam hari
dan suara orang-orang bernyanyi. Namun sejauh ini, tidak ada bahasa Kalimat
yang diketahui oleh orang luar. Para antropolog biasanya merujuk pada
orang-orang dengan nama yang mereka gunakan untuk diri mereka sendiri, tetapi
tidak ada orang di luar Pulau Sentinel Utara yang benar-benar tahu dan mengerti
apa yang disebut oleh orang Sentinel itu sendiri, apalagi bagaimana menyapa
mereka atau bertanya apa pandangan mereka tentang dunia dan kehidupan mereka
selama ini.
Mengapa Orang Sentinel
Tidak Menyukai Pengunjung?
Pada suatu malam di tahun 1771, sebuah kapal East
India Company berlayar melewati Pulau Sentinel dan melihat lampu-lampu
berkilauan di pantai. Kapal tersebut berada dalam misi survei hidrografi dan
tidak punya alasan untuk berhenti, sehingga orang Sentinel tetap tidak
terganggu selama hampir seabad, sampai kapal dagang India bernama Nineveh kandas di terumbu karang. 86
orang penumpang dan 20 orang kru berhasil berenang dan menceburkan diri ke
pantai. Mereka berkerumun di sana selama tiga hari sebelum orang-orang Sentinel
mendatangi mereka.
Penumpang dan awak Niveneh merespons dengan tongkat dan batu, dan kedua belah pihak membentuk kumpulan dalam mempertahankan satu sama lain hingga sebuah kapal Angkatan Laut Kerajaan inggris tiba untuk menyelamatkan para korban kapal yang selamat. Ketika mereka berada di pulau tersebut, Inggris memutuskan untuk mendeklarasikan Pulau Sentinel merupakan bagian dari kepemilikan kolonial Inggris, sebuah keputusan yang benar-benar penting yang pernah dibuat Inggris dan hanya bertahan sampai tahun 1880.
Saat itulah seorang
perwira Angkatan Laut muda bernama Maurice Vidal Portman mengambil alih Andaman
dan Nicobar koloni. Portman menganggap dirinya seorang antropolog, dan pada
tahun 1880 ia mendarat di Pulau Sentinel Utara dengan sekelompok besar perwira
angkatan laut, terpidana dari koloni hukuman di Pulau Andaman Besar dan Andaman.
Mereka hanya menemukan desa-desa yang sepertinya para penduduk tergesa-gesa untuk meninggalkannya. Namun sepertinya orang-orang sentinel telah melihat mereka atau dianggap sebagai para penyusup telah datang, sehingga mereka melarikan diri ke tempat-tempat persembunyian yang letakya lebih jauh dari desa yang ditinggalkannya. Tetapi ada satu pasangan lansia dan empat anak sentinel yang tertinggal, Portman dan kelompok pencarinya menangkap mereka dan membawanya ke Port Blair, ibukota kolonial di Pulau Andaman Selatan. Namun, keenam Sentinelese yang dibawa tersebut mengalami sakit parah, dan pasangan tua itu meninggal di Port Blair.
Portman memutuskan untuk mengantarkan keempat anak
yang sakit tersebut ke pantai Sentinel Utara bersama dengan setumpuk hadiah. Mereka
mengkhawatirkan apakah mereka meninggal karena memang sakit biasa atau karena
penyakit yang menular, sehingga keputusan untuk mengembalikan jasad mereka ke
pulau sentinel tersebut dilakukan.
Tapi hal tersebut tidak membuat suku sentinel diam
malah membuat perasaan yang marah terhadap orang asing yang ingin mengunjungi
pulau tersebut. Pada tahun 1896, seorang narapidana yang melarikan diri dari
Koloni menuju Pulau Andaman Besar dengan rakit darurat. Bisa diistilahkan
dengan "keluar dari mulut harimau dan masuk kemulut singa". Sebuah
regu pencari kolonial menemukan jenazahnya beberapa hari kemudian, penuh luka
panah, dengan potongan-potongan tenggorokannya. Inggris dengan bijak memutuskan
untuk meninggalkan Sentinelese dengan damai, setidaknya untuk seabad
berikutnya.
Mungkinkah Suku Sentinel Berteman?
Seratus tahun setelah kehancuran Nineveh, tim
antropolog yang dipimpin oleh Trinok Nath Pandit, yang bekerja di bawah naungan
pemerintah India, mendarat di Pulau Sentinel Utara. Seperti Portman, mereka
hanya menemukan gubuk yang terlihat seperti ditinggalkan dengan tergesa-gesa.
Orang-orang sentinel lari begitu cepat hingga mereka meninggalkan api yang masih
menyala di luar rumah mereka. Pandit dan timnya meninggalkan beberpaa hadiah
seperti gulungan kain, permen, dan ember plastik. Tetapi para perwira angkatan
laut dan polisi India yang menyertai Pandit juga mencuri beberapa barang dari
Sentinelese, mengambil busur, panah, keranjang, barang-barang lain dari rumah
mereka meskipun ada protes dari para antropolog.
Sementara itu, Pulau Sentinel Utara berada dalam batas
legal sejak India memperoleh kemerdekaannya pada tahun 1947. Pada tahun 1970,
India mengklaim pulau kecil yang terisolasi itu.
Pandit dan rekan-rekannya terus berusaha melakukan
kontak, sebagian besar dengan menarik sampan ke pantai, mengantarkan kelapa dan
hadiah lainnya. Orang-orang Sentinel tidak terlalu peduli dengan hadiah yang
berupa babi hidup atau mainan plastik, Namun mereka tampak senang dengan panci
dan wajan logam, dan mereka dengan cepat menyukai kelapa, yang tidak tumbuh di
pulau itu. Pandit dan rekan-rekannya selalu mengirimi mereka hadiah hingga 25
tahun berlalu masih sama seperti itu, tanpa kontak langsung, namun tetapi
Pandit berpikir kehadirannya dan para pengunjung telah membangun kepercayaan
bahwa para pengunjung bisa bersahabat.
Kunjungan tersebut dilakukan secara sporadis hingga
tahun 1981. Kru film National Geographic yang bergabung pada tahun 1974, dan
sutradara nya mendapatkan luka panah di pahanya oleh suku tersebut. Raja
Leopold III dari Belgia yang diasingkan yang melewati pulau tersebut pada tur
kapal nya di tahun 1975, mendapatkan peringatan berupa hujan panah dari suku
sentinel tersebut. Namun sang raja tidak menghiraukannya.
Pada tahun 1981, sebuah kapal kargo bernama Primrose dan
28 awaknya kandas di karang. Tapi kali ini para pelaut diselamatkan dengan
helikopter, Kemudian mereka sempat melihat dan mengatakan bahwa orang-orang
Sentinel tampaknya telah mengambil logam dari kapal serta peralatan dan senjata
mereka.
Satu dekade kemudian, setahun sebelum Pandit pensiun, keteraturan dan kegigihan itu terbayar. Suatu hari di awal 1991, sekelompok penduduk pulau datang ke pantai untuk mengumpulkan hadiah mereka tanpa senjata, hanya keranjang anyaman dan batu yang mereka gunakan untuk memotong kelapa (meskipun kemudian ditemukan bukti seberapa baik batu tersebut dapat digunakan untuk pertahanan diri mereka). Mereka mampu lebih dekat dengan orang luar daripada sebelumnya walaupun tidak secara langsung (masih memiliki jarak). Kemudian pada hari itu, ketika para antropolog kembali, mereka menemukan dua lusin orang Sentinel berdiri di pantai, dan sebuah adegan yang menarik dimainkan.
Seorang
pria mengangkat busurnya untuk membidik para pengunjung, dan seorang wanita
mendorong busur itu ke bawah. Kemudian pria itu melepaskan busur dan anak panah
dan menguburkannya ke pasir. Masih belum jelas apakah ini merupakan negosiasi
yang sedang berlangsung sebagai penyambutan oleh suku sentinel atau hanya
sebagai tampilan ritual, tetapi begitu senjata itu dibuang, orang-orang sentinel
bergegas ke perahu pengunjung untuk mengumpulkan kelapa sebagai hadiah bagi mereka.
"Jika kita mencoba menjelajah ke wilayah mereka
tanpa menghormati keinginan mereka atau terlalu dekat sehingga membuat mereka
tidak nyaman, maka mereka akan menembak panah sebagai upaya terakhir,"
kata Pandit kepada Indian Express.
Persahabatan yang ada antara penduduk pulau sentinel
dan antropolog tidak pernah lebih dari sekedar pemberian kelapa. orang-orang
Sentinel tidak pernah menawarkan hadiah sebagai imbalan atau tidak pernah
mengundang para pengunjung untuk tinggal atau menjelajah ke pedalaman wilayah
mereka, dan tidak ada pihak yang pernah belajar bagaimana sebenarnya cara berbicara
dengan mereka. Pada dasarnya orang-orang Sentinel tidak selalu menyambut para
pengunjung dengan hangat. Terkadang para antropolog yang sudah memberikan
hadiah tersebut juga masih disambut oleh orang-orang sentinel yang bersenjata
di bibir pantai. Sehingga pada akhirnya pemerintah India menunda kunjungan para
antropolog di tahun 1996.
Ketika helikopter Penjaga Pantai India terbang di atas
pulau setelah tsunami 2004, mereka menemukan Sentinelese dalam kondisi baik,
namun suku sentinel sama sekali tidak senang dan menyerang helikopter dengan
busur dan anak panah. Beberapa tahun kemudian, pada tahun 2006, sebuah kapal
pemanen kepiting India berlabuh didekat pulau sentinel. Bentuk sambutan yang
didapatkan oleh kedua nelayan itu adalah para Sentinel menewaskan kedua nelayan
tersebut dan mengubur jasad mereka didalam tanah.
Apa yang terjadi sekarang?
Mengingat sejarah itu, tidaklah mengejutkan bahwa
orang-orang Sentinel melihat turis Amerika John Allen Chau sebagai pengganggu
ketika dia melangkah datang ke pulau mereka dengan berdiri di pantai mereka
sambil menyanyikan lagu-lagu pujian. Mereka mengejarnya dua kali, tetapi ketika
dia pergi ke darat untuk ketiga kalinya, Jhon Allen diyakini telah dibunuh dan tampaknya
mereka juga telah menguburkan jenazahnya, sama seperti yang mereka lakukan
dengan dua nelayan India pada tahun 2006. Pemerintah India sekarang telah
membatalkan pencarian tubuh Jhon Allen Chau, dengan alasan bahaya bagi personel
pencarian dan orang-orang Sentinel.
Insiden ini telah memicu diskusi tentang perlindungan bagi kelompok yang relatif tidak terkendali seperti Sentinel. Pandit telah menganjurkan untuk meninggalkan mereka. Menurut antropolog yang sekarang sudah pensiun, para Sentinel telah menjelaskan bahwa mereka tidak ingin kontak dengan orang luar dan akan baik-baik saja dengan kehidupan mereka sendiri.
0 Response to "Suku Sentinel Yang Terisolasi Di Pulau Sentinel Utara (INDIA)"
Posting Komentar